Kain Karawang adalah kain khas daerah Gorontalo, yang lahir dari ketekunan dan ketelitian dalam mengolah pola untuk menciptakan keindahan motif. Seni mokarawo atau membuat kain karawang ini sudah menjadi tradisi turun temurun sejak zaman Kerajaan di Gorontalo, kini kain khas dengan keunikannya ini semakin diminati baik di dalam negeri maupun di mancanegara. (mdb)
Kain Karawang
Rabu, 04 Mei 2011
Sabtu, 16 April 2011
Seni Kain Karawang, Kekayaan dari Leluhur
Oleh : M. Danial Bangu
Sejarah peradaban manusia dari masa ke masa dapat dikenali dan dinilai dengan ciri khas dari keragaman budaya dan seni yang telah mengakar, kemudian secara turun temurun dilestarikan hingga masih bertahan. Seiring perkembangan zaman, bermacam kebutuhan maupun kepentingan manusia terasa semakin mudah dengan adanya inovasi dan perubahan teknologi yang terus mengalami kemajuan. Namun disatu sisi kemajuan teknologi informasi atau yang lebih dikenal juga dengan sebutan era digital telah menjadikan suatu daerah bahkan Negara yang didalamnya hidup masyarakat yang semestinya dapat mempertahankan eksistensi ciri khas seperti dalam berpakaian misalnya, kini perlahan pudar hingga mulai kehilangan jati diri.
Sebagai contoh masyarakat eropa seperti Inggris, kini sudah sangat jarang bahkan mungkin sudah tidak ada lagi wanita yang berpakaian Waspen Taille yakni model pakaian pinggang ramping dan rok mengembang mirip tubuh lebah madu, seperti yang sering kita lihat dalam film-film klasik. Para wanita dengan pakaian tersebut mungkin hanya akan dapat kita temui pada perayaan-perayaan tertentu, sebab waspen taille model sekarang sudah semakin modern dan tentu saja makin beraneka rupa bahan dan coraknya juga aksesorisnya yang kini bukan sekedar payung.
Kimono pakaian khas Jepang yang mirip Hanbok pakaian tradisional Korea, juga tidak lagi menjadi pakaian utama yang sering dipakai sehari-hari. Oshin pun tidak pernah protes pada gadis-gadis Jepang yang sudah sangat jarang memakai Kimono, inilah tren ala globalisasi yang para anak-anak mudanya akan dengan fasih menjawab : “Masing-masing ada zamannya, emang gue pikirin!”
Demikian pula dengan Gorontalo, Provinsi yang baru berusia 10 tahun, pada acara-acara resmi atau pesta pernikahan, coba kita lihat para gadisnya entah malu atau tidak suka, mereka tidak memakai pakaian karawang, sangat jarang kita menemukan gadis Gorontalo dengan bangga mengenakan pakaian karawang. Terlihat yang ada adalah pakaian modern ala barat bagaikan bintang Holywood atau pakaian umum gadis-gadis metropolitan hedonis dan ironis.
Kain karawang sebagai warisan dari para leluhur yang kaya akan budaya dan seni, layaknya menjadi kebanggaan tersendiri. Kita patut berbahagia, bahwa ternyata para leluhur Gorontalo memiliki cita rasa seni yang tinggi, mereka tidak hanya meninggalkan warisan seni dan budaya berupa etika adab, alat musik, tarian dan lain sebagainya, para leluhur meninggalkan keahlian pada generasi pelanjut dan karya yang penulis telah membuktikan pada seorang kawan asli Jakarta, penulis perlihatkan kain karawang, lantas dikatakannya : “Kain ini indah sekali, tapi rumit dan kayaknya sulit dirancang.”
Bila di Jawa terkenal dengan kain Batik, di Sumatra ada kain Ulos dan daerah lain punya kain tenun ataupun kain khas tersendiri, maka di Gorontalo ada Kain Karawang bung!
Jumat, 08 April 2011
Gorontalo Buka Anjungan di TMII
JAKARTA, ITM- Bertepatan dengan 10 tahun hari jadinya, Provinsi Gorontalo membuka anjungan daerahnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (23/3). Pembukaan anjungan bertepatan dengan peluncuran program “Updates From The Region” yang merupakan program Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam upaya mempromosikan potensi daerah kepada dunia internasional.
Pembukaan anjungan dihadiri sejumlah menteri di antaranya Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa dan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad beserta sejumlah duta besar negara sahabat dan para pejabat daerah lainnya.
Kehadiran anjungan Gorontalo di TMII akan melengkapi koleksi rangkuman kebudayaan Indonesia di taman wisata budaya tersebut.
Menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenlu Andri Hadi, program “Updates From The Region” sudah dilakukan di empat provinsi yaitu Riau, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Program ini adalah program jemput bola Kemenlu untuk mempromosikan daerah ke luar negeri. Diundangnya para duta besar negara sahabat bertujuan untuk memperkenalkan potensi yang dimiliki daerah agar investor menanamkan modalnya.
Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail mengatakan, Provinsi Gorontalo pascapemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya berkembang terutama di bidang pertanian. Selama 10 angka peningkatan sektor pertanian terutama jagung cukup signifikan bahkan mampu mengekspor hingga ke sejumlah negara.
Di bidang perikanan, Gorontalo yang diapit laut di bagian utara dan selatan masing-masing memiliki potensi yaitu di utara berupa perikanan tangkap sedangkan selatan berpotensi pengembangan rumput laut. Di bidang energi dan pertambangan, sumberdaya alam yang dimiliki cukup menjanjikan, sebelumnya terindikasi adanya energi geotermal dengan kapasitas 110 Mega Watt sedangkan pertambangan berupa tambang emas. (itm-1)
http://indonesiatourismmonitor.blogspot.com/search/label/Gorontalo?max-results=5
Perhelatan akbar masyarakat Gorontalo di Jakarta dan rombongan pejabat, tokoh masyarakat, serta para pengusaha Gorontalo yang antusias dengan kegiatan tersebut merasa bangga karena terlihat para duta besar negara-negara sahabat turut hadir. Disambut dengan berbagai tarian tradisional khas Gorontalo seperti tarian dayango dan dana-dana, para tamu undangan nampak terkesima sembari bertepuk tangan.
Kegiatan yang juga turut mengundang para pelaku dunia usaha kain karawang ini, patut berbangga karena dengan adanya acara tersebut kain karawang Gorontalo makin dikenal oleh masyarakat dunia, gadis-gadis dan para ibu yang berkecimpung dalam banyaknya home industry karawang di Gorontalo, akan semakin mendapat nilai tambah untuk tetap menekuni pekerjaan mokarawo yang sangat membantu perekonomian daerah. (mdb)
Rabu, 22 September 2010
Kain Karawang Khas Gorontalo, Diserbu Peserta Jamsinas 2010
Gorontalo, sejak Jambore Siaran Nasional digelar di Provinsi Gorontalo, sejumlah produk lokal hasil kerajinan tangan warga setempat laris manis tejual, Di Gorontalo yang laris manis terjual adalah baju karawang yang merupakan baju tenunan ciri khas Provinsi Gorontalo,
Seperti yang diungkapkan salah satu penjaga Stand kerajinan Gorontalo, Darahma. Menurutnya sejak ada acara jambore, baju karawang selalu dicari-cari pengunjung. Tidak hanya itu, kainnyapun banyak diborong oleh peserta khusunya yang dari luar Gorontalo, sehingga Derahma mengaku, tiap harinya mampu mengantongi uang antara Rp4 hingga Rp7 juta.
Menurutnya, tenunan karawang semula hanya untuk dibikin kipas, dan taplak meja, namun dalam perkembanganya ternyata sudah mampu di modifikasi menjadi baju, apalagi pemerintah setempat mewajibkan seluruh PNS untuk menggunakan baju karawang tiap Kamis dan Jumat.
"Alhamdulilah laris, kebanyakan para pengunjung cari kainnya saja dan mau dipotong didaerahnya masing-masing, yang rata-rata dibeli harganya antara Rp200.000 hingga Rp500.000, katanya untuk kenang-kenangan", Ujarnya (20/3) sambil meunjukkan baju karawang yang dipajang.
Kain Karawang paduan kain sutra
Sedang untuk harganya, bervariasi mulai dari Rp150.000 hingga Rp750.000/potong, tergantung Motif dan jenis kain yang mau di beli. Bahkan Karena pemilihan kainnya di pameran sangat terbatas, tidak sedikit para pengunjung yang langsung menyerbu toko central karawang.
Selain baju karawang asli Gorontalo, baju-baju adat dan souvenir ciri khas daerah lainnya juga laris manis, semisal batik dari Jawa dan Madura, karena para pengunjung merasa, bahwa Jambore Siaran Nasional tersebut merupakan miniatur keanekaragaman dan kekayaan Indonesia yang dapat disaksikan di Gorontalo. (Moh. Rasikin/WD)
Seperti yang diungkapkan salah satu penjaga Stand kerajinan Gorontalo, Darahma. Menurutnya sejak ada acara jambore, baju karawang selalu dicari-cari pengunjung. Tidak hanya itu, kainnyapun banyak diborong oleh peserta khusunya yang dari luar Gorontalo, sehingga Derahma mengaku, tiap harinya mampu mengantongi uang antara Rp4 hingga Rp7 juta.
Menurutnya, tenunan karawang semula hanya untuk dibikin kipas, dan taplak meja, namun dalam perkembanganya ternyata sudah mampu di modifikasi menjadi baju, apalagi pemerintah setempat mewajibkan seluruh PNS untuk menggunakan baju karawang tiap Kamis dan Jumat.
"Alhamdulilah laris, kebanyakan para pengunjung cari kainnya saja dan mau dipotong didaerahnya masing-masing, yang rata-rata dibeli harganya antara Rp200.000 hingga Rp500.000, katanya untuk kenang-kenangan", Ujarnya (20/3) sambil meunjukkan baju karawang yang dipajang.
Kain Karawang paduan kain sutra
Sedang untuk harganya, bervariasi mulai dari Rp150.000 hingga Rp750.000/potong, tergantung Motif dan jenis kain yang mau di beli. Bahkan Karena pemilihan kainnya di pameran sangat terbatas, tidak sedikit para pengunjung yang langsung menyerbu toko central karawang.
Selain baju karawang asli Gorontalo, baju-baju adat dan souvenir ciri khas daerah lainnya juga laris manis, semisal batik dari Jawa dan Madura, karena para pengunjung merasa, bahwa Jambore Siaran Nasional tersebut merupakan miniatur keanekaragaman dan kekayaan Indonesia yang dapat disaksikan di Gorontalo. (Moh. Rasikin/WD)
Langganan:
Postingan (Atom)